Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Another narration (since the last one in a long time ago)

Ternyata sudah satu tahun lebih di sini. Menjalani kehidupan perkuliahan dengan segala perkaranya. Dan besok, saya akan menjalani UTS ketiga. Harusnya sekarang fokus belajar Psisos, masih banyak, masih puluhan slide yang belum tersentuh. Dan harusnya link yang saya ketik di kolom url itu link dropbox angkatan, bukan malah berakhir di sini. Tapi mau gimana lagi, sesuatu sedang berputar di kepala saya dan kalau gak saya tuangkan sekarang, ujung-ujungnya pasti saya lupa. Walaupun post ini pun entah akan berakhir lagi jadi draft atau akhirnya jadi narasi pertama saya lagi setelah sekian lama saya cuma bisa ngepost kata-kata abstrack--dibilang sajak pun bukan--yang mungkin cuma saya yang ngerti maknanya. Beberapa bulan ke belakang lucunya bukan main, kadang saya juga jadi pengen menertawakan diri saya sendiri setiap kali ingat saya sesekali lagi di kurva terendah dalam hal memegang prinsip itu, prinsip yang selama 19 tahun ini saya pegang erat-erat. Ternyata memang benar, setiap perkar
and the dreams were always vivid, pictured You as the one She had always been waiting for and the sadness was always felt real. made She pondered as She woke up, will it be that empty if in the end, You are not the answer?
dan tentang segala sesuatu yang datang kemudian lekang, tentang setiap senti ruang yang masih harus dipastikan penghuninya, tentang seluruh detik penantian serta ujian yang menghadangnya entah mengapa, dia masih ingin kamu yang menjadi jawaban akhirnya
this is about an urge for going home, and a tremble in every phone call. a longing for hugging the most loved people, and a feeling of hanker. a lingering thought that should be gone, and a pity to self for being such not helping much. I'm sorry. . . . . May Allah always protect us from that day until whenever.
Ter-ada-ada-aja siang ini adalah menemukan blog seseorang yang isinya menceritakan beberapa orang yang familiar, sangat familiar. Beberapa orang...favorit. Dan kemudian secara spontan ada yang ngalir. Udah taulah alurnya gimana. Saya terharu, terlampau terharu. Dan saya sendiri bingung kenapa semenyenangkan sekaligus semengharukan itu membacanya. Mungkin memang sayanya aja yang juga sedang terlampau merindukan beberapa dari mereka ya? Semoga aja saya gak payah ya karena belum banyak bertemu mereka di rentang Juli sampai September ini.
Untuk setiap abjad yang teruntai menjadi beribu kata; untuk setiap kata yang tertulis, terhapus, kemudian tertulis kembali mencipta beralinea narasi; untuk setiap rima dan larik yang mewakili segala ungkapan dan cerita yang tanpa terasa mengalun mewujud berbait sajak; Ternyata, tanpa Kamu sadari sebagian besarnya Kamu buat untuk pertahananmu, sebagian besarnya Kamu ciptakan untuk mencoba tutupi apa yang sebenarnya Kamu rasakan, dan betapa tidak besar hatinya Kamu untuk sekedar mengakui bahwa sebagian besarnya adalah tentang Kamu sendiri. Atau Kamu memang hanya mencoba mengingatkan dirimu sendiri? Dengan menghadirkan "Dia" buatanmu sendiri, atau sama seperti kalimat-kalimat yang sedang kamu tulis ini, "Kamu" (dan beberapa "Dia"-mu) sesungguhnya tertuju pada "Aku"

alien

mungkin dalam duniamu yang terdalam hanya segelintir saja yang mampu bersemayam dan segala hiruk pikuk yang kamu sambangi, setiap kelimun yang kamu silakan bersandang diri, bahkan belum separuhnya berhasil menyelami sampai bagian jiwamu yang terhakiki mungkin dalam kontemplasimu yang termakrifat hanya satu-dua saja yang mampu memahami sampai hilang sekat dan setiap kesibukan dunia yang kamu perhatikan, sesederhana angin yang membelai manja kehidupan, atau serumit perkara hati yang kadang kamu tertawakan, sekedar saja maknanya untuk ribuan yang ritmenya tak padan lalu kamu pun tersadar selalu ada ruang suar yang sanggup isyaratkan terangnya hanya ketika kamu terjaga semalaman memainkan rima dan kata yang kamu harap terbaca sampai mampu buktikan kapasitasnya namun yang juga kamu sembunyikan setengah mati sampai tidak ada satu kerlingan pun yang meliriki

Kamu adalah Magis

Kamu adalah magis yang merinai seketika keharuan dalam tangis yang mendebar jiwa bahagia memecah jeda Kamu adalah magis yang memaksa lisan merapal kembali doa dalam relung yang membawa pulang sekelumit rasa lalu meruah lampaui segala Dan Kamu adalah magis untuk setiap yang tampaknya selalu mengusai untuk setiap yang ternyata menyusup kembali yang membuat Aku tak mampu berkutik lagi-lagi
You were about to cry in front of the class while the presentation, and even the whole class thought you had been crying. You cried in the middle of the talk that actually had nothing to cry about, with the people who saw your tears for the first time. And you cried over something that wasn't worth it, asked for forgiveness over something you didn't actually understand why you were guilty, and you admitted that you cried when even it wasn't seen. How could you act foolish and let yourself seemed so frail? How could these last weeks become such of your weakness revelation? And now, how can you fix all the things you need to fix? Have you done the right things, or you just made yourself utterly ridiculous?

just another silly thing i've decided to write

And I wonder how can this such of distraction grow bigger. Please, I  don't even want this kind of thing to be something I can't control. I don't want this kind of thing to put me again in a trouble. I don't want this kind of thing to trap me in much other prejudice. I just need to ensure it, even if it has to be for many years ahead. Please, be strong enough to let no one knows. And let the name and prayers just be His knowing. Maafkan Ya Allah... Mungkin sedang dalam tahap ujian-Mu yang terbesar dalam perkara ini.
"biar dalam diamnya saja, namamu disebut. dan biar dalam doa yang dilantunkannya saja, dia mengakui harapannya tentangmu..."

Draft 8 Februari : Sehari Sebelum Keberangkatan Kembali

Ini adalah tentang pasir putih yang menempel manja di sela-sela jari kaki, tentang debur ombak hangat di pantai timur Jawa Barat. Tentang buih-buih halus yang dihasilkan ganasnya gelombang, tentang bahagia yang diwakilkan seluncur pertama dan tawa riang. Ini adalah tentang renjana yang datang dari perantau pertama, yang terwujud dan merupa kelegaan hati bagi keempat lainnya. Meleburkan rindu yang membatu, mengikis jarak yang setiap enam bulannya mengerak. *** Ini adalah tentang sebuah perjalanan dan pengalaman pertama, tentang suatu mimpi yang selalu tersimpan, yang menjelma nyata bahkan tanpa pernah terbayangkan. Tentang megahnya alam yang terjelajahi, tentang pijakan perdana di ketinggian beribu kaki. Ini adalah tentang pesona yang membuat jiwa tak ingin pergi lagi darinya, tentang keindahan yang dirasakan segenap indera,  yang rasanya selalu ingin dibawa pulang. Tentang gemintang di langit jernih, tentang keheningan hutan mati yang menenangkan

19

Dan mari kita mulai tulisan ini dengan jiwa yang masih belum bisa move on dari perjalanan kemarin. Alhamdulillah… Sebelum genap menginjak usia 19 tahun, ternyata saya sudah diperkenankan untuk menceklis salah satu life goal saya yang sebenarnya selalu saya pertanyakan kapan bisa jadi nyatanya. Tidak terencanakan dan terbayangkan sama sekali, kalau saya ternyata akhirnya mampu memijak kokohnya sang pancang bumi. Menikmati keindahan yang tersembunyi dibalik ketinggiannya. Menyaksikan awan yang sejajar dengan tempat berdiri. Diterpa sejuknya angin dan hangatnya cahaya matahari. Berjalan di setapak yang kanan-kirinya terhampar padang bunga abadi. Dan masih banyak hal lainnya yang sepanjang hari ini masih saya putar ulang terus di dalam ingatan, yang ketika dibayangkan rasanya saya tidak pernah mau pergi lagi dari sana. Destinasi terbaik sepanjang hidup. Sekali lagi, terimakasih ya Allah atas segala kesempatannya. Semoga diperkenankan untuk meninggalkan jejak di pancang