Skip to main content

Posts

Showing posts from 2015

alir rindu tanpa alur

Jatuh cinta dengan sajak ini sejak sekitar satu bulan yang lalu. Tepat ketika lagi rindu-rindunya dan membayangkan rintik hujan Bogor, lalu ternyata menemukan bait-bait yang gak tau kenapa menurut saya indahnya indah banget. Saat itu suasana yang sedang saya rasakan pun bisa dibilang sama persis, jendela kos sedang saya tutup, lampu saya padamkan, dan rintik hujan terdengar merintiki halaman depan kamar. Selain Hujan Bulan Juni, ternyata Pak Sapardi juga punya sajak lain tentang rintik yang selalu saya suka itu, yang ketika saya selami setiap katanya mampu membuat semua rindu itu terbayarkan. Mungkin itulah kenapa judulnya Sihir Hujan. Dan ajaibnya, gak beberapa lama setelah menemukannya, hujan mulai turun di Jatinangor. Menjadi hujan sore hari yang ketiga kalinya sejak saya berada di sini, dan kemudian di hari-hari selanjutnya hujan mulai rutin menyambangi sekotak kecil ranah rantau ini setiap hari. Gak kok, bukan karena saya baca sajaknya terus hujan jadi turun. Sa

another daughter's fear

Dan untuk yang pertama kalinya, pembicaraan mengenai perihal itu keluar dari mulut sosoknya... Selama kurang lebih 4 bulan menginjak suatu fase kehidupan yang satu tingkat lebih tinggi dibanding sebelumnya dan mengalami berbagai dinamika pendewasaan yang mungkin ketika dibayangkan rasanya seperti tidak bisa menjalaninya, membuat saya tersadar ternyata memang saat ini, saya sedang menderapkan langkah kaki saya pada suatu fase kehidupan yang akan menjadi gerbang menuju terlepasnya saya dari kedua sosok yang seumur hidup telah menjadi tempat saya bergantung. Dan ketika sosok lelaki itu membicarakan tentang kehidupan yang nantinya akan menjadi prioritas baru saya--bahkan melebihi prioritas terhadap keduanya--walau hanya sekejap, air mata saya leleh. Lagi-lagi, mungkin saya takut untuk lepas dari sosoknya dan atau saya takut bahwa tidak ada satu pun laki-laki yang bisa mengalahkan sosoknya di dunia ini, yang berhak menurunkan tingkatannya dalam prioritas untuk saya taati dan patu
And he has been the person you're always about to cry when meet. _________________________________________________________________________ dalam serangkaian sisa jumpa, selalu ada sekelumit haru yang menelusup di antara serentetan perbincangan singkat, selalu ada bulir hangat yang hampir leleh dan tiba di hari itu, jarak datang membiarkan masih banyak halnya tak tersingkap, tak disuarakan sampai jumpa dalam pertemuan tanpa sua berupa doa-doa di setiap sujudnya

to the birthday girl,

17 Oktober pertama di Jatinangor, Kemampuan berkata-kata entah gimana sekarang kayanya udah sangat berkurang. Dari dulu selalu bingung memulai cerita dan ditambah sekarang semakin gak jago untuk merangkai kata demi kata untuk kalimat-kalimat selanjutnya. Jujur, sebenarnya banyak sekali yang terjadi dan ingin diceritakan, tapi entah kenapa rasanya selalu tersendat dan akhirnya menguap sampai saya sendiri kelupaan. Dan akhirnya memutuskan untuk menulis ini, karena tadi sore rasanya berdosa karena telah bisu sama sekali untuk sekadar mengucapkan selamat... Jadi, di sini aja yaa Selamat 17 Oktober yang ke-18 kalinya, Mel... Kalau terbang ke satu tahun yang lalu, masih ingat betul gimana alurnya. Masih inget kan ya sama ini? Waktu itu habis pulang NF dan masih sangat bisa membayangkan situasinya, perasaan yang menelusup, Bapak penjual soto yang ikut mengucapkan dan memberi doa baik, dan semua detail-detailnya. Waktu itu lagi masa-masanya baru menjejak di tahun terakhi

Pelabuhan Terbaik

Satu hal yang selalu menghambat saya untuk memulai setiap cerita adalah sulitnya untuk merangkai kata-kata permulaan itu. Dan itu pun terjadi untuk yang satu  ini, yang seharusnya sejak puluhan hari yang lalu sudah mampu terangkai. So here I am. Kepada hari dan malam yang menjadi saksi, di sini saya sekarang menerima jawaban atas apa yang selama ini diperjuangkan. Kepada setiap bulir air mata yang membayar segala keletihan, di sini saya sekarang menyadari bahwa saya telah berada di tempat terbaik yang selama beberapa bulan sebelumnya masih berupa temaram. Kepada dua orang yang paling saya cintai di dunia ini dan para sahabat, dan semua yang telah mengalunkan doa indah agar saya sampai di tujuan utama, maaf karena saya ternyata tidak sampai di sana. Saya memang tahu ke mana arah perahu saya ingin saya labuhkan, tapi hembusan angin dan alur gelombangnya bukan bagian saya untuk mengaturnya. Saya telah berlabuh. Dan Dia Yang Maha Baik ternyata melabuhkan saya d

Menghitung

Hujan Bulan Juni tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu -Sapardi Djoko Damono- ___________ Ternyata hanya sesekali saja datangnya hujan bulan Juni. Bahkan di penghujungnya, tidak ada satu rintik pun yang turun ke bumi, yang dapat menjadi penutup paling menenangkan dalam rentang 30 hari ini. Dan , Selamat datang Juli , bu lan dengan begitu banyak jawaban atas berbagai penantian .

Satu Tahun Silam

Curang juga ya, belasan post yang udah disusun sedemikian rupa ngantri di draft berbulan-bulan, malam ini harus kalah sama post dadakan buah pikiran yang awalnya selintas tapi jadi meluas ke mana-mana. Secepat itu ya satu tahun berlalu? Tapi kenapa rasanya seperti sudah lama sekali juga tidak merasakan hal-hal itu? Jadi gini rasanya sempat lupa dengan perasaan pernah melalui sesuatu --karena sibuk dengan perjuangan yang baru yang harus beribu kali lipat lebih diperjuangkan-- tapi kemudian ketika benar-benar dibawa ke moment itu ternyata masih ingat betul setiap detailnya. Kurang lebih pada setahun silam, ketika saya sadar akan satu hal yang pada waktu itu saya terus coba elakkan, ketika satu pintu terdengar ada ketuknya tapi saya terus coba yakinkan bahwa saya hanya salah dengar, dan ketika berbagai perangai aneh yang sudah bertahun-tahun lalu tidak pernah dialami mulai datang lagi, tapi selalu saya coba tidak kaitkan dengan wujud itu. Hingga pada satu waktu --tidak apa ka
Back in time, I was wondering how did it run around. But now, I realize what had been answered since the very beginning.
Kecewa? Gak tau, saya bingung. Apa memang sebenernya gak usah segininya? Tapi jujur, saya menangis tau kabar itu. Mungkin gak cuma satu-dua, tapi bahkan bisa jadi memang kami yang memilih untuk tidak adalah justru minoritas sekarang. Sebut saya lebay, tapi sesak rasanya ketika mendengar hal itu. Terlebih lagi, di antara mereka yang memilih untuk iya, ada sahabat-sahabat saya yang turut saya rapalkan namanya setiap kali berdoa, yang dengan mengingat mereka membuat saya bangkit lagi setiap kali lelah berjuang, yang terus saya minta sama Allah agar selalu dibimbing di jalur perjuangan yang diridhoi-Nya... Tapi ternyata saya gak ada pengaruhnya sama sekali. Dan memang hanya Allah-lah sehakikatnya pemilik hati saya, sahabat-sahabat saya, dan semua manusia. Saya memang gak bisa apa-apa lagi. Ampuni hamba ya Allah, karena belum bisa jadi sahabat yang baik, karena belum bisa jadi sahabat yang membawa kami bersama-sama mendekat di jalur-Mu, karena belum bisa jadi sahabat yan
When you find many things go wrong around you, but you can't do something about it. Kamu sudah tak berhak, Pi... Biarkan semua temukan pemahamannya masing-masing tanpa campur tanganmu. Tapi, saya janji, suatu hari saya akan bicara. Saya akan ucapkan segala maaf. Saya akan ajukan diri untuk disalahkan. Karena mungkin sejak awalnya indeed, I'd been the one who created all of these mess.

Rebas Rasa Selumbari

Ucapkan maaf Pada dirimu Yang tak jua rela Membiar lepas Ucapkan jangan Pada hatimu Yang tertumpu bimbang Menggerai rekam Usaikan tentang Pada pahammu Untuk mengantar lesap Setiap yang tersemat Abaikan lalu Setiap laju Yang temui persimpangan Yang ditarik lagi kerisauan Sumbatkan rapat Setiap celah Agar tak disambangi Rebas rasa selumbari Kendalikan penuh Sepasang sayapmu Agar tak melambungkanmu Pada satu yang mengoyak keindahannya ___________________ _ 20 Maret 2015, Sylvi Noor Alifah
"Jadi Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan, Tembus jelajah dunia ini dan balikkan, .......... Pilih kuda yang paling liar, pacu laju, Jangan tambatkan pada siang dan malam .......... Sekali lagi kawan, sebaris lagi: Tikamkan pedangmu hingga ke hulu Pada siapa yang mengairi kemurnian madu" _______________ Chairil Anwar dalam 'KEPADA KAWAN'

Rinai untuk Sahabat

Semburatnya kini merekah lagi Cahayanya kini menyorot lagi Senandungnya kini mengalun lagi Cemerlangnya kini mengerlip lagi Senyumnya kini melengkung lagi Rengkuhannya kini seluas jagat raya Kelabunya Gelapnya Hilangnya Sesatnya Sangsinya Limbungnya Ratapnya Berganti seluruh Semoga terpelihara selama hayat Biarkan Tuhan turunkan lindung-Nya bagi insan yang simpuh pada-Nya berjuang dan yakin akan janji-Nya ___________________________________ teruntuk sahabat-sahabat, 1 Maret 2015 -Sylvi Noor Alifah-

Petunjuk, Hati, dan Mimpi : Sebuah Perjalanan

H-2 minggu batas finalisasi SNMPTN. Saya sudah punya jawaban sekarang untuk pertanyaan yang kemarin-kemarin cuma bisa saya jawab dengan tersenyum kemudian berkata, “Masih belum tahu” atau “Doain aja yang terbaik ya”. Alhamdulillah. Petunjuk Allah memang datangnya dari mana aja kan. Bahkan bisa selembut ini, berupa bisikan-Nya yang kadang tidak disadari telah mewujud sebuah kecenderungan hati. Bukan sebuah perjalanan yang sebentar memang, bahkan seringkali menciptakan berbagai dinamika emosi dalam diri saya. Masih dapat digambarkan dengan jelas bagaimana alurnya sebelum akhirnya saya dapat memastikan tujuan saya ini. Saya pernah dibolak-balikkan hingga begitu jauh ranahnya dari apa yang  sudah mampu saya tetapkan sekarang. Subhanallah, Allah memang Maha Membolak-balikkan hati. Dan layaknya tentang jodoh mungkin. Walau seberapa jauh Allah pisahkan, jika memang sudah ditakdirkan untuk kita, dia pasti akan kembali lagi kepada kita; begitupun dengan ini, ternyata s

Saya Melangkah Lebih Ringan

Ternyata sudah terlalu banyak tulisan yang cuma berakhir di draft. Huft segitu sibuknya kah sampe tulisan-tulisan aja tidak diselesaikan. Janji kok tapi, insyaAllah semuanya bakal dirampungkan dan dilepaskan. Banyak yang terjadi selama ini, dan memang nyatanya semua masih perlu saya abadikan dalam kata. Dan sekarang mau sedikit bercerita tentang seminggu ini... Hmmm bagaimana lagi saya harus menggambarkan betapa baiknya Allah sama saya selama ini. Betapa selama ini sebenarnya Allah telah memberikan berbagai perlindungannya terhadap saya. Sebanyak apapun wujud syukur saya, tidak akan pernah sebanding dengan perlindungan-Mu ini ya Allah. Terimakasih untuk sepotong senja yang dihadirkan, yang mungkin awalnya membuat saya menderai lagi tapi kini justru hal itulah yang membuat saya melangkah lebih ringan sekarang. Saya tidak memungkiri, senja itu saya sesenggukan lagi. Saya tidak bisa memperdengarkan tangis yang satu itu. Saya tidak bisa bercerita mengenai perkara ini kepad
Terimakasih ya Allah, telah engkau lindungi hati hamba untuk yang ke sekian kalinya. Jauhkan, lindungi, bentengi hati hamba dari segala perasaan yang melebihi kecintaan hamba kepada-Mu
Hai. :) Di sini jam 3.49 ketika saya mulai menulis ini. Dan tebak, sepagi ini kebahagiaan saya sudah hampir mewujud lengkap. Kebahagiaan yang lengkap ini, yang terakhir kali saya rasakan 6 bulan yang lalu. Saya sedang dalam perjalanan semacam 6 bulan yang lalu itu... Perjalanan membelah jalanan lengang dengan langit yang masih gelap ikut mengarak. Udara dingin yang menusuk tulang, tapi justru kehangatan luar biasa yang dirasakan saat ini. Jok depan terisi. Ya, kedua-duanya. Dengan laki-laki itu di kursi sebelah kanan. Terimakasih ya Allah, telah Engkau bawa pulang kembali laki-laki kami. Dan, perjalanan ini pun sejatinya adalah untuk menjemput satu laki-laki lainnya lagi. Sudah m enapaki jalanan Pajajaran . Tunggu kami . S ekitar 30 menit lagi , dan lengkaplah sudah kebahagiaan saya . N.b. SELAMAT ULANGTAHUN, RATU ADILAH AULIA GHINATRY! Semoga umur 10 membawa Ghina menjadi semakin sholehah dan selalu menjadi kebanggaan kami. I may not show it at all to you, bu