Skip to main content

Sempurna

"Kita sebagai manusia terus berpikir telah cukup dekat dengan Allah. Tapi syaitan selalu punya segala cara untuk menggoda kita, sehingga kita justru lebih dekat dengan dunia"

-Rangga Almahendra dalam Bulan Terbelah di Langit Amerika-

Dan.
Kita sebagai manusia selalu merasa sudah begitu cinta kepada Allah. Ketika sesungguhnya kecintaan kita yang kita klaim sudah cukup besar itu, masih kalah oleh kecintaan kita kepada dunia. Masih jauh lebih kecil kadarnya dibandingkan dengan kecintaan kita kepada kehendak kita sendiri.

Kedekatan dan kecintaan yang masih sangat jauh dari sempurna.

Terlebih lagi bagi saya.

Saya pernah di tahap di mana saya merasa curahan cinta saya sudah menjelma sangaaaat besar kepada Dia. Tapi ketika berefleksi, ternyata masih sebanyak itu PR ketaatan saya terhadap-Nya. Masih sebanyak itu, waktu yang harusnya bisa berpahala tapi malah terbuang sia-sia. Masih sebanyak itu tahapan ketaqwaan yang saya belum sampai, ketika anak tangga yang sudah ada di hadapan saya pun masih saya pijaknya kadang kala saja karena kemudian sayanya kembali turun ke anak tangga sebelumnya.

Ternyata, perasaan dekat, cinta, dan sayang saya sama Dia masih banyak cacatnya.

Saya bisa bilang, saya cintaaaaa sekali sama Dia. Begitu banyak wujud kebaikan-Nya yang selalu membuat saya takjub dan juga merasa dicintai oleh-Nya. Tapi ternyata di luar sana, masih jauh lebih banyak manusia yang sudah jauh lebih besar dan konsisten cintanya sama Dia.

Saya gak ada apa-apanya.

Dan sesekali saya merasa selama ini saya kegeeran sudah dicintai sama Dia. Astagfirullah. Saya harusnya selalu ingat, kalau bagian cinta-Nya kepada makhluk-Nya memang akan selalu lebih besar dibandingkan sebaliknya.

Dan saat ini, saya sudah 20 tahun. Entah, segala kegelisahan tentang perkara ini sebenarnya apakah karena saya sudah menginjak usia itu atau tidak ada kaitannya sama sekali. Yang pasti, beberapa waktu terakhir saya merasa tidak cukup berhak untuk memperoleh perwujudan doa saya ataupun berbagai kebaikan hidup dari-Nya. Saya bahkan merasa tidak lagi punya kuasa untuk mengklaim kalau saya cinta banget sama Dia. Tapi saya tahu, harusnya saya gak begini. Saya ingin kembali lagi seperti di tahun-tahun sebelumnya, di mana saya merasa mampu untuk bilang secara lantang, bilang ke seluruh penjuru yang bisa saya gapai, dan dengan penuh keyakinan menunjukkan bahwa saya memang sayang banget sama Dia. Bahwa saya memang akan selalu kembali dan berpulang hanya kepada Dia setiap kali saya butuh kekuatan. Bahwa di sepanjang hidup saya, saya tidak pernah merasa terbebani begitu berat walaupun berbagai hal harus saya hadapi karena ada Dia yang selalu baik dan menguatkan saya. Bahwa untuk hal-hal sederhana saja Dia selalu bisa menunjukkan kebaikan dan kecintaannya itu sama saya dengan cara yang begitu indah serta tak terduga.

Maka, mungkin memang saya seharusnya tidak berpikir kalau saya  kegeeran. Karena Dia memang akan selalu lebih cinta sama hamba-Nya tanpa kita sendiri sadari. Dan justru wujud perasaan telah merasa dicintai oleh-Nya harusnya bisa jadi pengingat untuk selalu berpulang dan kembali kepada-Nya. Menjadi pengingat bahwa dengan masih begitu besarnya ketidaksempurnaan dalam diri saya ini, Allah masih saja terus mengucurkan rahmat-Nya. Dan kemudian menjadi penegur bahwa bagaimana mungkin kesempurnaan cinta-Nya kepada saya masih saja saya balasnya dengan wujud cinta yang biasa-biasa saja.

Ya Allah,
sesungguhnya Engkau pun jauh lebih mengetahui dan memahami diri hamba dibanding hamba sendiri.

Dan astagfirullahaladziim,
iya ya Allah,
saya masih sangat banyak kurangnya,
saya masih terpincang-pincang langkahnya dalam meniti setiap tahap yang bagi banyak orang terdekat dan yang ada di sekitar saya, sudah sejak lama mereka pijak secara yakin dan konsisten.

Tapi ya Allah,
hamba mohon,
hamba tidak ingin kehilangan perasaan yang begitu indah itu,
perasaan yang membuat hamba merasa berhak untuk berkeyakinan bahwa cinta hamba kepada-Mu masih bisa terus berkembang,
yaitu perasaan telah dicintai oleh-Mu dengan begitu sempurna.

Comments

Popular posts from this blog

first again. since many months ago.

I think that I am done with all the hopes I convince my self that now, this longtime longing has already gone I remember every morning that I didn't dream of you at the night anymore I am already able to pull my self together upon that uncertainty I brought by my own self I know that the story will end up not as what I always said in my prayer before I strengthen myself that I deserve so much more and I realize that there is no tear anymore in the wait for a meeting, nor in the time when saying goodbye and seeing your back being apart slowly And in the end of the day, all the things I have said above, are still all the things that I put on my best effort. To be a reality. To be some of not-stumbled-steps. In everyday. In every time.

Sabtu Pertama Saya

Hari ini, jadi Sabtu pertamanya saya tidak menjejakkan kaki ke sekolah dan kelas yang luar biasa itu. Ini jadi Sabtu pertamanya saya tidak bertemu lagi dengan mereka. Satu minggu berlalu, dan saya semakin tau bahwa begitu besar energi yang telah mereka ciptakan pada diri saya. "Teruntuk Indah, terimakasih sudah jadi teman belajar yang sangaaat pandai dan paling cepat perkembangannya. Terimakasih untuk sepucuk surat di Sabtu terakhir pengajaran waktu itu, yang membuat aku bingung harus menjawab apa dan membuat aku menahan bulir hangat di sudut mata aku, karena ternyata kamu nulis ini : 'Kakak mau pergi ke mana?' .. Teruntuk Restu, terimakasih sudah jadi teman belajarku yang luar biasaaa rajinnya, yang gak pernah gak masuk sekali pun selama belajar sama aku. Terimakasih sudah jadi yang paling penurut dan suka bikin aku terharu sendiri, dan juga yang paling sabar menghadapi teman-teman kelas 1 lain yang suka iseng. .. Teruntuk Salehah, terimakasih sudah jadi teman bel