Skip to main content

Pelabuhan Terbaik

Satu hal yang selalu menghambat saya untuk memulai setiap cerita adalah sulitnya untuk merangkai kata-kata permulaan itu. Dan itu pun terjadi untuk yang satu ini, yang seharusnya sejak puluhan hari yang lalu sudah mampu terangkai.

So here I am.

Kepada hari dan malam yang menjadi saksi,
di sini saya sekarang
menerima jawaban atas apa yang selama ini diperjuangkan.
Kepada setiap bulir air mata yang membayar segala keletihan,
di sini saya sekarang
menyadari bahwa saya telah berada di tempat terbaik yang selama beberapa bulan sebelumnya masih berupa temaram.
Kepada dua orang yang paling saya cintai di dunia ini dan para sahabat,
dan semua yang telah mengalunkan doa indah agar saya sampai di tujuan utama,
maaf
karena saya ternyata tidak sampai di sana.
Saya memang tahu ke mana arah perahu saya ingin saya labuhkan, tapi hembusan angin dan alur gelombangnya bukan bagian saya untuk mengaturnya. Saya telah berlabuh. Dan Dia Yang Maha Baik ternyata melabuhkan saya di tempat yang jauh lebih saya butuhkan dibanding destinasi awal itu dengan cara-Nya yang begitu mengagumkan.
Dan terimakasih
karena nyatanya, doa itu tak pernah sia-sia. Mungkin tempat ini bukan yang terlapalkan dalam doa-doa kita. Tapi tanpa doa-doa itupun, bahkan bisa jadi saya tidak sampai di mana-mana.
Doa itu tak pernah sia-sia. Walau mungkin tempat ini tidak berperan sebagai mimpi utama, tapi hati tak pernah mengelakkan setiap jawaban terbaik yang diterimanya.
Dan sang lubuk yang selalu berdoa untuk tempat itu, nyatanya menyadari bahwa relung di dalam dirinya lebih siap menerima jawaban ini.

Dan memang sejak awalnya, di antara kedua destinasi, tidak pernah ada yang berhak menjadi mimpi terbaik. Karena yang berhak untuk menjadikan di antara keduanya sebagai pelabuhan terbaik, hanyalah Dia dengan rencana pelayaran-Nya yang selalu hebat.
.
.
.
.
.
Alhamdulillahirabbil'alamiin,
Hasbunallah wani'mal wakiil ni'mal maula wani'man nashiir

Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran 2015

____________________________________________

Di senja 6 September 2015,
H-1 kuliah perdana :)

Comments

Popular posts from this blog

Hai. :) Di sini jam 3.49 ketika saya mulai menulis ini. Dan tebak, sepagi ini kebahagiaan saya sudah hampir mewujud lengkap. Kebahagiaan yang lengkap ini, yang terakhir kali saya rasakan 6 bulan yang lalu. Saya sedang dalam perjalanan semacam 6 bulan yang lalu itu... Perjalanan membelah jalanan lengang dengan langit yang masih gelap ikut mengarak. Udara dingin yang menusuk tulang, tapi justru kehangatan luar biasa yang dirasakan saat ini. Jok depan terisi. Ya, kedua-duanya. Dengan laki-laki itu di kursi sebelah kanan. Terimakasih ya Allah, telah Engkau bawa pulang kembali laki-laki kami. Dan, perjalanan ini pun sejatinya adalah untuk menjemput satu laki-laki lainnya lagi. Sudah m enapaki jalanan Pajajaran . Tunggu kami . S ekitar 30 menit lagi , dan lengkaplah sudah kebahagiaan saya . N.b. SELAMAT ULANGTAHUN, RATU ADILAH AULIA GHINATRY! Semoga umur 10 membawa Ghina menjadi semakin sholehah dan selalu menjadi kebanggaan kami. I may not show it at all to you, bu...

Menghitung

Hujan Bulan Juni tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu -Sapardi Djoko Damono- ___________ Ternyata hanya sesekali saja datangnya hujan bulan Juni. Bahkan di penghujungnya, tidak ada satu rintik pun yang turun ke bumi, yang dapat menjadi penutup paling menenangkan dalam rentang 30 hari ini. Dan , Selamat datang Juli , bu lan dengan begitu banyak jawaban atas berbagai penantian .
"biar dalam diamnya saja, namamu disebut. dan biar dalam doa yang dilantunkannya saja, dia mengakui harapannya tentangmu..."