Skip to main content

alir rindu tanpa alur


Jatuh cinta dengan sajak ini sejak sekitar satu bulan yang lalu. Tepat ketika lagi rindu-rindunya dan membayangkan rintik hujan Bogor, lalu ternyata menemukan bait-bait yang gak tau kenapa menurut saya indahnya indah banget. Saat itu suasana yang sedang saya rasakan pun bisa dibilang sama persis, jendela kos sedang saya tutup, lampu saya padamkan, dan rintik hujan terdengar merintiki halaman depan kamar.

Selain Hujan Bulan Juni, ternyata Pak Sapardi juga punya sajak lain tentang rintik yang selalu saya suka itu, yang ketika saya selami setiap katanya mampu membuat semua rindu itu terbayarkan. Mungkin itulah kenapa judulnya Sihir Hujan.

Dan ajaibnya, gak beberapa lama setelah menemukannya,
hujan mulai turun di Jatinangor. Menjadi hujan sore hari yang ketiga kalinya sejak saya berada di sini, dan kemudian di hari-hari selanjutnya hujan mulai rutin menyambangi sekotak kecil ranah rantau ini setiap hari.

Gak kok, bukan karena saya baca sajaknya terus hujan jadi turun. Sajaknya bukan semacam mantra pemanggil hujan kok. Sajaknya tidak mengandung sihir dalam artian denotasi kok.

Saya justru kagum dengan betapa hal sesederhana ini saja, bisa Allah atur menjadi suatu keajaiban yang indah. Betapa setiap kali kerinduan datang, saya seperti disadarkan selalu bahwa di sini pun keindahan itu bisa saya nikmati. Dan betapa hal-hal seperti kebetulan kecil tadi sesungguhnya sudah Allah atur  dan menjadi perantara-Nya untuk melegakan jiwa, untuk membuat saya tak mengaduh atas jarak dan rindu.

Dan sekarang, hujan baru saja selesai turun. Menyisakan beberapa tetesannya di dedaunan dan atap yang masih merintik sesekali.

Dan beberapa saat sebelum memulai tulisan ini, saya menerima kabar
ternyata di Bogor juga sedang hujan katanya,
beserta satu kabar lain;
seseorang--yang alhamdulillah sebenarnya sudah jarang mengeluh sakit lagi sejak beberapa bulan ini--sedang dalam kondisi kurang sehat lagi.

Ah, untuk yang satu itu saya tidak bisa menahan diri saya untuk tidak ikut merintik...
Ya Allah, ternyata kali ini hujan Jatinangor belum bisa jadi obat rindu saya.

Obatnya cuma bisa berupa perjumpaan dengan sosoknya segera.
.
.
.
.
Mi, insyaAllah cuma beberapa jam yaa keluhan sakitnya. Istirahat yang cukup. Liburan nanti harus sehat kan?

Sama-sama berdoa yaa semoga rencana H-5 kumpul lengkapnya dilancarkan.
Aamiin.

Comments

Popular posts from this blog

Menghitung

Hujan Bulan Juni tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu -Sapardi Djoko Damono- ___________ Ternyata hanya sesekali saja datangnya hujan bulan Juni. Bahkan di penghujungnya, tidak ada satu rintik pun yang turun ke bumi, yang dapat menjadi penutup paling menenangkan dalam rentang 30 hari ini. Dan , Selamat datang Juli , bu lan dengan begitu banyak jawaban atas berbagai penantian .

Rebas Rasa Selumbari

Ucapkan maaf Pada dirimu Yang tak jua rela Membiar lepas Ucapkan jangan Pada hatimu Yang tertumpu bimbang Menggerai rekam Usaikan tentang Pada pahammu Untuk mengantar lesap Setiap yang tersemat Abaikan lalu Setiap laju Yang temui persimpangan Yang ditarik lagi kerisauan Sumbatkan rapat Setiap celah Agar tak disambangi Rebas rasa selumbari Kendalikan penuh Sepasang sayapmu Agar tak melambungkanmu Pada satu yang mengoyak keindahannya ___________________ _ 20 Maret 2015, Sylvi Noor Alifah
Kecewa? Gak tau, saya bingung. Apa memang sebenernya gak usah segininya? Tapi jujur, saya menangis tau kabar itu. Mungkin gak cuma satu-dua, tapi bahkan bisa jadi memang kami yang memilih untuk tidak adalah justru minoritas sekarang. Sebut saya lebay, tapi sesak rasanya ketika mendengar hal itu. Terlebih lagi, di antara mereka yang memilih untuk iya, ada sahabat-sahabat saya yang turut saya rapalkan namanya setiap kali berdoa, yang dengan mengingat mereka membuat saya bangkit lagi setiap kali lelah berjuang, yang terus saya minta sama Allah agar selalu dibimbing di jalur perjuangan yang diridhoi-Nya... Tapi ternyata saya gak ada pengaruhnya sama sekali. Dan memang hanya Allah-lah sehakikatnya pemilik hati saya, sahabat-sahabat saya, dan semua manusia. Saya memang gak bisa apa-apa lagi. Ampuni hamba ya Allah, karena belum bisa jadi sahabat yang baik, karena belum bisa jadi sahabat yang membawa kami bersama-sama mendekat di jalur-Mu, karena belum bisa jadi sahabat yan...