Skip to main content

Draft 8 Februari : Sehari Sebelum Keberangkatan Kembali

Ini adalah tentang pasir putih yang menempel manja di sela-sela jari kaki,
tentang debur ombak hangat di pantai timur Jawa Barat.
Tentang buih-buih halus yang dihasilkan ganasnya gelombang,
tentang bahagia yang diwakilkan seluncur pertama dan tawa riang.
Ini adalah tentang renjana yang datang dari perantau pertama,
yang terwujud dan merupa kelegaan hati bagi keempat lainnya.
Meleburkan rindu yang membatu, mengikis jarak yang setiap enam bulannya mengerak.


***
Ini adalah tentang sebuah perjalanan dan pengalaman pertama,
tentang suatu mimpi yang selalu tersimpan,
yang menjelma nyata bahkan tanpa pernah terbayangkan.
Tentang megahnya alam yang terjelajahi,
tentang pijakan perdana di ketinggian beribu kaki.
Ini adalah tentang pesona yang membuat jiwa tak ingin pergi lagi darinya,
tentang keindahan yang dirasakan segenap indera, 
yang rasanya selalu ingin dibawa pulang.
Tentang gemintang di langit jernih,
tentang keheningan hutan mati yang menenangkan,
tentang padang bunga abadi yang bahkan pada kuncupnya menyimpan keelokan,
tentang jejak yang akhirnya ditinggalkan di puncak.
Ini adalah tentang sebuah perjalanan yang mengerahkan usaha lebih dibanding perjalanan lainnya,
namun begitu menyamankan karena orang-orang terbaik yang membersamainya.
Ini adalah tentang pendakian pertama.

Taken by entah Acca atau Babas atau Abil

***
Ini adalah tentang satu tahun lainnya yang terasa bergulir begitu cepat,
tentang yang kini tersemat telah berganti menjadi sembilan belas.
Tentang aku dan mereka yang terus bertahan sejak tahun-tahun sebelumnya,
tentang kesederhanaan dalam sebuah kejutan,
tentang kehangatan dalam lelaguan,
tentang dua lilin dan kue cokelat,
tentang doa yang mengalun di lisan dan yang tersembunyi dalam setiap relungan.

***
Ini adalah tentang serangkaian cerita yang mengalir kepada seorang sahabat,
tentang kejadian di bulan-bulan sebelumnya yang terlewatkan untuk dikisahkan.
Tentang rahasia yang akhirnya dilisankan,
tentang senda dan tawa yang mungkin hanya dipahami oleh keduanya,
tentang percakapan ringan sampai perbincangan yang berakhir pada kontemplasi.
Ini adalah tentang sekotak kecil tempat yang nyaman di tengah hiruk pikuk ibukota,
tentang asap yang mengepul dari setiap cangkir yang menebarkan harum ketenangan,
tentang cangkir-cangkir yang masih terisi penuh,
maupun yang telah kosong disesap setiap tetesnya.
Ini adalah tentang dua gelas kopi dingin yang menemani setiap tuturan di antara dua orang yang duduk menghadap jendela.

Dan ini adalah tentang perjalanan yang selalu dirindukan,
tentang deret gerbong yang menjadi saksi beribu kesibukan,
tentang lajunya yang bergegas untuk sampai di pemberhentian.
Ini adalah tentang perjalanan yang sempat terbayangkan menjadi keseharian,
dan tentang memperhatikan orang-orang di gerbong yang sama yang masih saja menarik untuk dilakukan.

***
Dan ini adalah tentang jeda dan jarak yang terlipat,
tentang banyak pertemuan lainnya dengan orang-orang yang selalu menjadi rumah,
tentang rasa syukur karena telah diperkenalkan dengan rentang,
yang menjadikan makna pulang semakin mendalam.
Ini adalah tentang kepulanganku.
Dan aku pamit,
untuk kembali kepada sekotak ranah
tempat segala perjuangan harus dituntaskan lagi.



_____________
8 Februari 2016,
S.

Comments

Popular posts from this blog

Menghitung

Hujan Bulan Juni tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu -Sapardi Djoko Damono- ___________ Ternyata hanya sesekali saja datangnya hujan bulan Juni. Bahkan di penghujungnya, tidak ada satu rintik pun yang turun ke bumi, yang dapat menjadi penutup paling menenangkan dalam rentang 30 hari ini. Dan , Selamat datang Juli , bu lan dengan begitu banyak jawaban atas berbagai penantian .

Rebas Rasa Selumbari

Ucapkan maaf Pada dirimu Yang tak jua rela Membiar lepas Ucapkan jangan Pada hatimu Yang tertumpu bimbang Menggerai rekam Usaikan tentang Pada pahammu Untuk mengantar lesap Setiap yang tersemat Abaikan lalu Setiap laju Yang temui persimpangan Yang ditarik lagi kerisauan Sumbatkan rapat Setiap celah Agar tak disambangi Rebas rasa selumbari Kendalikan penuh Sepasang sayapmu Agar tak melambungkanmu Pada satu yang mengoyak keindahannya ___________________ _ 20 Maret 2015, Sylvi Noor Alifah
Kecewa? Gak tau, saya bingung. Apa memang sebenernya gak usah segininya? Tapi jujur, saya menangis tau kabar itu. Mungkin gak cuma satu-dua, tapi bahkan bisa jadi memang kami yang memilih untuk tidak adalah justru minoritas sekarang. Sebut saya lebay, tapi sesak rasanya ketika mendengar hal itu. Terlebih lagi, di antara mereka yang memilih untuk iya, ada sahabat-sahabat saya yang turut saya rapalkan namanya setiap kali berdoa, yang dengan mengingat mereka membuat saya bangkit lagi setiap kali lelah berjuang, yang terus saya minta sama Allah agar selalu dibimbing di jalur perjuangan yang diridhoi-Nya... Tapi ternyata saya gak ada pengaruhnya sama sekali. Dan memang hanya Allah-lah sehakikatnya pemilik hati saya, sahabat-sahabat saya, dan semua manusia. Saya memang gak bisa apa-apa lagi. Ampuni hamba ya Allah, karena belum bisa jadi sahabat yang baik, karena belum bisa jadi sahabat yang membawa kami bersama-sama mendekat di jalur-Mu, karena belum bisa jadi sahabat yan...