Skip to main content
Kecewa?
Gak tau, saya bingung.
Apa memang sebenernya gak usah segininya?
Tapi jujur, saya menangis tau kabar itu.
Mungkin gak cuma satu-dua, tapi bahkan bisa jadi memang kami yang memilih untuk tidak adalah justru minoritas sekarang.

Sebut saya lebay, tapi sesak rasanya ketika mendengar hal itu.
Terlebih lagi, di antara mereka yang memilih untuk iya, ada sahabat-sahabat saya
yang turut saya rapalkan namanya setiap kali berdoa,
yang dengan mengingat mereka membuat saya bangkit lagi setiap kali lelah berjuang,
yang terus saya minta sama Allah agar selalu dibimbing di jalur perjuangan yang diridhoi-Nya...

Tapi ternyata saya gak ada pengaruhnya sama sekali. Dan memang hanya Allah-lah sehakikatnya pemilik hati saya, sahabat-sahabat saya, dan semua manusia. Saya memang gak bisa apa-apa lagi.

Ampuni hamba ya Allah, karena belum bisa jadi sahabat yang baik,
karena belum bisa jadi sahabat yang membawa kami bersama-sama mendekat di jalur-Mu,
karena belum bisa jadi sahabat yang bisa mengarahkan kami bersama-sama ke perjuangan yang semata-mata mengharap ridho-Mu.

Sungguh, hanya Engkau yang Maha Membolak-balikkan hati,
hanya Engkau yang Maha Meneguhkan dan Menggoyahkan Hati,
hanya Engkau yang Maha Memudahkan setiap jalan.

Ampuni hamba,
ampuni mereka.
Di antara kami semua, sebenarnya tidak ada yang pernah ingin terpeleset di jalur ini ya Allah.
Kami hanya korban dari sebuah sistem dan bobroknya penegakan pendidikan.
Karena hakikatnya kami percaya bahwa hanya kepada Engkau-lah kami berserah.

Bimbing kami selalu ya Allah...
Ridhoilah setiap tetes keringat dan air mata yang bergulir...
Jagalah hamba dan mereka yang selalu saya sebut dalam doa dari segala kemungkaran dan jalan yang tidak berkah...

Maaf saya gak bisa bicara banyak dulu, terlalu banyak untaian kalimat untuk mempersalahkan hal itu yang mungkin sebenarnya sudah pernah saya sampaikan.
Tapi jangan khawatir, saya tidak akan berhenti meminta sama Allah agar kita senantiasa diistiqomahkan dalam perjuangan yang diberkahi dan dikaruniai ridho-Nya.
Karena sekarang cuma berdoa yang bisa saya lakukan.

Semangat H-10!

Semoga berubah pikiran, ya.
Seperti yang sudah-sudah, hati pasti tau pilihan mana yang sesungguhnya diinginkannya.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menghitung

Hujan Bulan Juni tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu -Sapardi Djoko Damono- ___________ Ternyata hanya sesekali saja datangnya hujan bulan Juni. Bahkan di penghujungnya, tidak ada satu rintik pun yang turun ke bumi, yang dapat menjadi penutup paling menenangkan dalam rentang 30 hari ini. Dan , Selamat datang Juli , bu lan dengan begitu banyak jawaban atas berbagai penantian .

Rebas Rasa Selumbari

Ucapkan maaf Pada dirimu Yang tak jua rela Membiar lepas Ucapkan jangan Pada hatimu Yang tertumpu bimbang Menggerai rekam Usaikan tentang Pada pahammu Untuk mengantar lesap Setiap yang tersemat Abaikan lalu Setiap laju Yang temui persimpangan Yang ditarik lagi kerisauan Sumbatkan rapat Setiap celah Agar tak disambangi Rebas rasa selumbari Kendalikan penuh Sepasang sayapmu Agar tak melambungkanmu Pada satu yang mengoyak keindahannya ___________________ _ 20 Maret 2015, Sylvi Noor Alifah